BREAKING NEWS

Recent Posts

KELUARGA

Inilah keluargaku.Tuhan mempertemukan saya dan istri di Solo dan diberkati di Gereja GPIB Jl. Sudirman Surakarta pada tanggal 19 Maret 1988. Kami dikaruniakan 2 orang anak bernama Debbie Naomi Edriani Siahaan dan Nicodemus Bonardo Siahaan masing-masing lahir tanggal 3 Januari 1990 dan 20 Mei 1991. Mereka sekarang kuliah di Fakultas Ekonomi UGM Yogyakarta dan Fakultas Peternakan UNDIP Semarang. Istri saya bernama Nunuk Saptorini yang menurut adat Batak diberi nama Romauli Boru Silalahi.

Seperti apa komunikasi dibangun di antara keluarga ini, antara lain :

Setelah menikah, kami tinggal dengan mengontrak di bilangan Menteng Atas, Jakarta Selatan. Bersama kami tinggal adalah ibu kandung saya yang sudah tinggal di Jakarta. Ibu saya seperti biasanya ibu-ibu Batak dari kampung, selalu mengerjakan semua pekerjaan tanpa terkecuali seperti memasak, membersihkan pekarangan dan rumah serta kamar, dan lain-lain yang menurutnya itu pantas dilaksanakan sebagaimana layaknya di kampung. Pengalaman pertama yang dihadapi istri saya berkomunikasi dengan ibu mertua dengan kebiasaannya tersebut adalah pada saat kami keluar rumah dan istri mengunci kamar kami sebagaimana kebiasaannya sewaktu masih gadis. Karuan saja ibu saya marah karena dia tidak bisa masuk ke kamar kami untuk membersihkannya. Setelah kami pulang dan ibu sudah menunggu dan langsung menyampaikan kekesalannya dengan mengatakan : "Mengapa kamar kalian dikunci, sehingga kamar tidak bisa saya bersihkan." "Kalian pikir saya pencuri sehingga kamar dikunci?" Bagaikan disambar petir di siang bolong, pengalaman pertama tersebut mengganggu komunikasi istri dengan mertuanya ditambah pengalaman- pengalaman yang lain oleh karena benturan budaya yang belum begitu siap dari istri pada saat itu. Saya sungguh mengucap syukur kepada Tuhan, bahwa istri saya lambat laun dapat beradaptasi dengan mertuanya pada suatu saat istri berceritra : "Semua peristiwa itu dapat saya lalui karena Tuhan menolong saya untuk dapat menjadi seperti Inang (ibu mertua)apa adanya. Itu semua terbukti, ibu saya ikut bersama kami sampai Tuhan memanggilnya ke pangkuan Bapa di sorga selama kurang lebih 15 tahun.

Entah kenapa saya masih teropsesi bahwa kuliah di PTN tidak pernah sirna. Terbayang 33 tahun yang lalu saat sekolah di SMA Negeri 1 Soposurung Balige, berbagai lamunan melayang untuk dapat menyusul para senior yang diterima di ITB, IPB, dan USU tidak kesampean sekalipun kawan2 demikian juga para senior tersebut tidak meragukan kemampuanku untuk itu. Namun apa daya karena ketidak berdayaan orang tua dari segi biaya terlebih bertumpu hanya kepada ibunda semata, saya lepas lamunan itu dengan tekad pada saatnya nanti akan kuraih setelah mendapatkan kerja. Tanggal 30 November 1980 saya diterima menjadi PNS di Sekretariat Negara dan 1 tahun kemudian saya mencoba mendaftar pada Fakultas Hukum Ekstension UI namun tidak keterima. Sampai kualihkan ke Fakultas Ilmu Administrasi Jurusan Niaga Universitas Krisnadwipayana Jakarta membawa saya sampai karir tertinggi menurut hemat saya menjadi Direktur Keuangan dan Umum di salah satu BLU di Jakarta. Pada saat itulah lamunanku mendarat bahwa PTN itu akan kusosialisasikan kepada anak2ku, dan ternyata mereka Debbie dan Nicodemus dapat merealisasikannya di UGM dan UNDIP.
Obsesiku tersebut saya ceritrakan kepada mereka berdua di setiap kesempatan terlebih pada saat diskusi sambil makan malam dengan satu senjata pamungkas : "Apabila tidak diterima di PTN lebih baik kawin saja." Mereka dapat memahaminya dengan baik di samping saya dan istri memilihkan sekolah yang baik bagi mereka sehingga tidak ada alasan untuk tidak mendukung obsesi orang tuanya sejak lama.

Debbie dan Nicodemus, papah bangga terhadap kalian berdua dan sebagai orang tua inilah doa papah setiap kali saat teduh setiap hari sejak kalian hadir di dunia ini : "Tuhan berkati Debbie dan Nicodemus, anak2 yang telah Engkau anugrahkan kepada kami. Biarlah mereka bertumbuh di dalam iman, berkati kesehatannya, berkati kegiatan mereka sehari2, jauhkan dari pergaulan bebas dan obat2 terlarang, berkati perkuliahan mereka agar dapat menyelesaikan studinya pada waktunya, dan pada saatnya pertemukan mereka dengan calon suami dan istri yang sepadan dan dapat membentuk rumah tangga berdasarkan batu penjuru itu Yesus Kristus Tuhan. Tuhan Yesus perkenankan kami sebagai orang tua dapat menyaksikan peristiwa bahagia tersebut dalam hidup kami di dunia ini, amin!

Saya bersyukur kepada Tuhan, menghadirkan istri tercinta, Nunuk Saptorini dalam hidup ini. Cita2nya mengabdi kepada suami dan anak2 sungguh kami rasakan bahkan sangat berlebihan. Kadang2 saya risih atas peristiwa tersebut karena sama sekali tidak pernah terbayangkan pelayanan yang demikian tulus dari seseorang dapat saya nikmati mengingat terpaan hidup yang begitu berat hampir tidak pernah beralih dari kehidupan sampai saya bertemu dengannya. Cukup banyak suka dan duka dapat berlalu seperti mengalirnya air sungai dari hulu ke hilir secara alamiah kami dapat rasakan dan lalui. Saya banyak belajar tentang hidup yang beretika dari istri satu ini, seperti empati terhadap orang lain, bagaimana menjadi orang lain, dan yang lebih susah dalam budaya saya dengan mengaku salah dan minta maaf. Hal2 ini sedikit demi sedikit seiring dengan waktu dapat saya pahami dan coba saya terapkan dalam hidupku dan memang semarah apapun dia pada peristiwa apapun bagian kata2 ini mucul berkumandang dalam pendengarannya pastilah hatinya luluh dan memaafkan saya. Terima kasih Tuhan atas istri yang cantik dan bijaksana, putri solo sekaligus batak yang Engkau kirimkan untuk mengisi dan menghiasi hidupku ini, amin!
KELUARGA KELUARGA Reviewed by edisonsiahaan on 12:52 AM Rating: 5

2 comments:

  1. pahhh pkease dehh. itu voto dari zaman baheula yang kalo dilihat dari ruang tamu pengen rasanya diturunin n diganti yang baru. ehh papah malah sukses memajangnya di blog yang notabene semua orang bisa melihat. parahhh dehhh pahhh.

    ReplyDelete
  2. Iyah deh, nanti diganti dengan photo yang ada pada mas fani! mintain gi, papa n mama nunggu ya!

    ReplyDelete

Sora Templates